Jalan-jalan ke Sanga-sanga

Memanfaatkan hari libur itu yah mesti dimaksimalkan, seperti yang saya pernah ceritakan sebelumnya, saya mempunyai hari libur kerja di sabtu dan minggu. Jika minggu saya sibuk dengan olahraga tepok bulu, maka sabtu saya mesti maksimalkan ke acara jalan-jalan. Dan kali ini tujuan juga menjadi dadakan, walaupun sebelumnya berencana ke daerah separe untuk melihat bukit dan air terjun. Namun karena terjadi sebuah insiden (?), mau ga mau acara batal dan saya berinsiatif ke Sanga-sanga. Kegiatan ini serba dadakan, ngajakin teman juga dadakan, waktu berangkat juga dadakan, servis motor juga dadakan lol. Tujuan saya kali ini ke Sanga-sanga adalah mengunjungi museum juang (history) yang berisikan sejarah perjuangan warga sanga-sanga melawan penjajah.


Untuk Ke Sanga-sanga dari Samarinda kota membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam perjalanan dengan kecepatan standar 60 km/jam. Jalan yang saya lalui melewati kec. Palaran yang melewati jalan tambang yang penuh truck truck muatan berat. Selama perjalanan kita juga dapat menyaksikan rusaknya alam akibat tambang dan tak lupa kita melihat "danau biru ijo" yang menjadi bahan candaan saya dan teman sebagai tempat wisata anak kekinian lol.
Saat lewat jembatan Sanga-Sanga, warna sungainya ijo entah gara-gara apa

Tidak lama juga kita akan disambut gerbang selamat datang. Nah menariknya disini ada tugu selamat datang yang sudah lama banget, kenapa saya bilang lama?? karena tugu itu masih memberi keterangan bahwa Sanga-sanga merupakan kecamatan kabupaten Kutai. Untuk info Kutai terpecah menjadi 4 wilayah yaitu Kutai barat, Kutai timur, Bontang dan Kutai Kartanegara pada tahun 1999. Untuk saat ini secara administratif, kec. Sanga-sanga masuk wilayah Kukar (Kutai Kartanegara). Untuk info lagi dulu kec. Sanga-sanga masuk wilayah KotaMadya Samarinda, namun akhirnya menjadi wil. kabupaten Kutai. Untuk info lagi..iya lagi, kota Samarinda dikelilingi wilayah kutai Kartanegara hahahhaha.

Perjalanan kita lanjut dari gerbang menuju "kota"nya Sanga-sanga. Dari pertigaan kita belok kiri dan jalan terus sampai ketemu perempatan dan belok kanan, tepat dekat sana terdapat monumen merah putih dan diseberangnnya museum yang mau kita tuju. Namun sayangnya tujuan kami ternyata tutup, jadi saya pun foto-foto dari luar pagar. Saat asyik foto-foto tiba-tiba ada yang nyahut...

Museum
Gedung pertemuan (?)
 
Monumen
Bapak : Ada yang bisa saya bantu???
Saya : eh... ini pak saya mau berkunjung ke museum tapi lagi tutup yah pak
Bapak : iya.. saya yang ngunci... Dari mana yah ?
Saya : saya cuma jalan-jalan saja pak, sering lewat Sanga-sanga cuma belum pernah ku Museum tapi ternyata tutup
Bapak : iya  penjaganya sakit, makanya tutup?
(Saya sedikit penasaran, karena sebelumnya saya baca artikel bahwa museum sering tutup)
Saya : Pak hari bukanya kapan saja pak?
Bapak: Setiap hari Sabtu saja
Saya: loh hari ini Sabtu, kenapa ditutup pak?
Bapak: soalnya narasumbernya yang hidup tinggal dua, sudah veteran dan narasumbernya ga bisa datang (dalam hati mikir, lah kalo kedua veteran yang tersisa "maaf" meninggal, apakah museum tutup selamanya?)
Saya : Kenapa cuma Sabtu saja buka pak?
Bapak: yah karena kurang orangnnya yang ngurus dari dinas xxxx, kalo mau kesini itu bisa lihat hubungin yang ditulis! (nunjuk nomor hp yang ditulis tangan di pagar)
Saya: jadi kalo mau kesini mesti hubungin nomor itu dulu pak yah?
Bapak: iya... (berlalu pergi)
No kontak yang bisa dihubungi
Oke, dalam hati saya kurang puas akan Jawaban si bapak, maksud saya  kenapa ga  warisin informasi ke warga disana untuk  ikut berpartisipasi?. Dan kenapa tidak mengajak kerja sama warga untuk menjaga museum, memperdayakan anak SMA sebagai sumber informasi sebagai sukarelawan, dan kenapa baru ada informasi nomor yang mesti dihubungi ketika baru tiba disana. Bayangkan kalo orang yang mau datang dari luar daerah, eh datang namun tutup terus baru tau kalo ngontak dulu baru bisa kesana.

Over All, kita hanya foto-foto dari luar....

Komentar

Posting Komentar