Jalan-jalan di kota bangun, kutai kartanegara

Oke all, saya ingin menceritakan sebuah perjalanan pendek saya di sebuah kota bernama kota bangun.. eh ntar ini bukan kota tapi sebuah kecamatan Kutai kartanegara yang bernama "kota Bangun" atau disingkat "Koba". Agak unik juga yah namanya, mungkin orang awam bakal mengira kota bangun adalah sebuah kota atau kabupaten di kalimantan timur. Awalnya saya pun mengira kota bangun adalah sebuah kota, namun setelah ditelusuri koba adalah sebuah kecamatan yang cukup jauh juga dari kota tenggarong. Untuk Kesana, dari kota tenggarong kita menggunakan jalur ke bukit biru, dan terus mengikuti jalan yang sudah baik jalannya lol. Perjalanan ke kota baru sekitar 1,5 jam perjalanan menurut saya dengan kecepatan sekitar 60-80 km/jam. Karena banyakanya tikungan, naik turun, apalagi ketika sampai di kota bangun beberapa ruas jalan masih agak rusak.


Oke tanda kita sampai wilayah Kota bangun, saat kita melihat sebuah rumah sakit umum yang terdapat di jalan poros ini, dan karena lokasi rumah sakit terletak di dataran tinggi kita bisa melihat jembatan martadipura yang konon terpanjang di Kaltim. Kita Sampai di Kota bangun, dengan kondisi jaringan internet cuma dapat EDGE <--- Penting yah?, yah cuma kasih info saja buat yang membutuhkan. Karena kami semua belum ada yang pernah ke KOBA.... eh ada yang lupa lagi, kami kesini berlima, saya, sahabat saya Gradian, travelmate saya putra, adek babu saya Yudha dan teman travelmate saya yang paling cantik yang tidak saya kenal namanya, lupa kenalan juga lol. Lanjut lagi... karena kita belum pernah ke KOBA, jadi teman berinsiatif menggunakan GPS, yah kita ikutin.. eh ternyata kita malah kesasar  ke jalan buntu lol. Setelah bertanya ke ibu ibu yang menyaksikan kami tersesat, akhirnya kami berbalik arah ke arah sebaliknya setelah mendapat pencerahan. 

Ternyata tepat di depan masjid terbesar di Kota Bangun, waktu menunjukan djuhur, jadi kami menghentikan perjalanan kami untuk menunaikan ibadah sekalian istirahat. Selesai Djuhur kami bergegas untuk ke danau semayang, awalnya saya mengajak makan siang dulu, cuma teman minta kita ke danau dulu dan mencari makan disana. 

Yah mencari danau terluas di kota bangun ini, tidak semudah perkiraan, jalannya yang kadang baik, kadang masih tanah dan kemudiakn baik lagi. Untuk ke  danau ini, kita mesti melewati Jembatan Martadipura yang panjan banget dah. Karena tidak hanya melintasi sungai, jembatan ini juga melintasi rawa-rawa dan daratan. Jembatan yang melintasi sungai ini menggunakan struktur kabel dan baja yang melengkung, selanjutnya untuk ekor jembatan yang memanjang di atas daratan struktur menggunakan beton. Panjangnya Jembatan diperkirakan 13 km (jika melihat dari total kilomoter  mengendarain) dengan lebar jembatan sekitar 9 meter. Untuk melintasi jembatan ini cukup menghibur juga, jalan yang lancar, dan disekitar kita bisa menyaksikan hamaparan rumput layaknya savanah di Afrika.


Selesai melewati jembatan, kita akan menemukan jalan yang belum diaspala, hanya berisi batu-batu halus dan tanah. Melihat kondisi sekitar seperti tanpa kehidupan, kondisi gersang hanya terlihat, padahal niat mencari makan apalagi teman saya rantai motornya longgar. 


Sampai pertigaan yang menunjukan arah semayang, kita belok kiri dan lagi-lagi jalan tanpa kehidupan. Dijalan ini kadang jalan penuh pasir yang bikin kondisi jalan susah diatasi, apalagi debu pasir itu menyelimuti tubuh komi. Hingga akhirnya kami sampai di ujung jalan, dan menemukan sumber kehidupan, dan kemudian kami mengikuti jalan ulin yang menjadi akses warga. Jadi saat kami melintasi jalan tersebut, suara gemuruh kayu-kayu ulin sangat terasa jelas. Dan akhirnya kami menemukan  bengkel terdekat, kami istirahat sambil menunggu perbaikan motor teman kami. 

Selesai itu kami melanjutkan perjalanan, dan kami melihat kehidupan warga desa itu yang hidup dipinggiran sungai dengan rumah-rumah panggung. Perahu-perahu hilir mudik di sungai, menunjukan aktifitas ekonomi mereka sebagian besar adalah nelayan. Perjalanan diakhiri dengan terlihat danau semayang, disini kami bingung bagaimana kami bisa menikmati danau ini, karena terlihat tidak ada akses untuk menikmati danau. Kebetulan ada warga di dekat situ, jadi kami bertanya dengan kondisi danau, dan sungguh sayang danau tidak bisa dilalui kecuali saat danau surut (saat kemarau) dan tidak ada jasa sewa kapal juga. Jadi mau tidak mau kita kembali ke desa untuk mencari makan siang, namun lagi-lagi ga nemu tempat jualan makan siang. Endingnya kami kembali lagi ke kota bangun, karena tidak ada yang bisa kami lakukan disini. Kurang lebih perjalanan pulang kami sama dengan saat berangkat, hanya tambahan kita berfoto di Jembatan dan nongkrong sebentar.. kemudian makan dan shalat lagi sebelum balik kampung lol.

Komentar

  1. Terimakasih banyak sudah berkunjung ke Kota Bangun, semoga menjadi kenangan Indah yang tak terlupakan.
    nice banget tulisannya.., kabarin sobat2nya ya supaya kenal juga sama Kota Bangun.
    best regard buat travelmate.

    BalasHapus

Posting Komentar