Di hari ketiga ini, ada dua tempat yang saya ingin kunjungi yaitu museum Affandi dan kuliner sate buntal. Namun sebelum berangkat ke tujuan saya, saya mesti ke Kampus dulu untuk sebuah urusan kecil disana.
Setelah urusan kecil saya di kampus kelar, segera saya melanjutkan perjalanan ke Jl. Adi sucipto menuju museum Affandi. Museum ini terletak di tengah kota yang penuh dengan area komersil, dan museum ini tampak unik terlihat di tengah bangunan yang mainstream. Alasan saya kesini sendiri, karena saya belum pernah kesini... 4 tahun saya kuliah, tapi saya belum pernah kesini. Alasan sederhana sih dulu, karena lokasinya yang mudah di tempuh membuat saya berpikir nanti-nanti saya bisa kesana. Namun alhasil malah ga kesampaian kesana :).
Memasuki kawasan museum kita akan melihat tempat pembelian tiket di gerbang masuk. Untuk masuk kita mesti merogeh kocek sebesar Rp.20.000,- untuk wisatawan domestik dan Rp.50.000,- untuk wisatawan asing. Harga tiket sudah termasuk free soft drink dan pamflet mengenani museum. Setelah memarkir kendaraan saya mengecek siteplan museum yang cukup besar tersebut. Area museum terbagi beberapa galeri dan studio, serta fasilitas pendukung lainnya.
Beberapa galeri dan studio yang berisi karya maestro yang dimiliki Indonesia
Jika lelah mungkin bisa istirahat sejenak disini
Makan alm. Bapak Affandi dan istri
Gerobak yang awalnya menjadi tempat istirahat sang istri, sekarang menjadi mushallah
Suasana Museum
Pukul 17.00.....
Selesai kegiatan berkunjung ku mesum, saatnya bersiap-siap untuk makan malam, yaitu Sate Buntal. Sate yang ingin sekali saya makan semenjak kuliah, gara-gara acara kuliner dari maknyuss membaut saya tergiur. Namun baru kali ini saya dapat informasi lokasi tempat makan tersebut. Kedai yang terletak di jalan Brigjen Katamso ini merupakan cabang sate Tambak Segaran dari solo. Sate buntal sendiri berbahan dasar kambing yang dicincang halus kemudian dibalut lemak kambing kemudian dibakar. Lemak yang terbakar meleleh dan meresap ke sate menjadi rasa yang nikmat. Daging yang halus memberikan tekstur lembut setiap disantap. Sate ini disajikan tanpa lidi, sehingga hanya terdapat potongan sate yang menurut saya menyerupai sosis. Untuk harga 1 porsinya mungkin termasuk mahal di Jogja, yaitu Rp. 40.000,-/porsi. Namun bagi saya pecinta kuliner, sate ini sesuai dengan cita rasa yang diberikan.
Setelah urusan kecil saya di kampus kelar, segera saya melanjutkan perjalanan ke Jl. Adi sucipto menuju museum Affandi. Museum ini terletak di tengah kota yang penuh dengan area komersil, dan museum ini tampak unik terlihat di tengah bangunan yang mainstream. Alasan saya kesini sendiri, karena saya belum pernah kesini... 4 tahun saya kuliah, tapi saya belum pernah kesini. Alasan sederhana sih dulu, karena lokasinya yang mudah di tempuh membuat saya berpikir nanti-nanti saya bisa kesana. Namun alhasil malah ga kesampaian kesana :).
Memasuki kawasan museum kita akan melihat tempat pembelian tiket di gerbang masuk. Untuk masuk kita mesti merogeh kocek sebesar Rp.20.000,- untuk wisatawan domestik dan Rp.50.000,- untuk wisatawan asing. Harga tiket sudah termasuk free soft drink dan pamflet mengenani museum. Setelah memarkir kendaraan saya mengecek siteplan museum yang cukup besar tersebut. Area museum terbagi beberapa galeri dan studio, serta fasilitas pendukung lainnya.
Beberapa galeri dan studio yang berisi karya maestro yang dimiliki Indonesia
Jika lelah mungkin bisa istirahat sejenak disini
Makan alm. Bapak Affandi dan istri
Gerobak yang awalnya menjadi tempat istirahat sang istri, sekarang menjadi mushallah
Suasana Museum
Pukul 17.00.....
Selesai kegiatan berkunjung ku mesum, saatnya bersiap-siap untuk makan malam, yaitu Sate Buntal. Sate yang ingin sekali saya makan semenjak kuliah, gara-gara acara kuliner dari maknyuss membaut saya tergiur. Namun baru kali ini saya dapat informasi lokasi tempat makan tersebut. Kedai yang terletak di jalan Brigjen Katamso ini merupakan cabang sate Tambak Segaran dari solo. Sate buntal sendiri berbahan dasar kambing yang dicincang halus kemudian dibalut lemak kambing kemudian dibakar. Lemak yang terbakar meleleh dan meresap ke sate menjadi rasa yang nikmat. Daging yang halus memberikan tekstur lembut setiap disantap. Sate ini disajikan tanpa lidi, sehingga hanya terdapat potongan sate yang menurut saya menyerupai sosis. Untuk harga 1 porsinya mungkin termasuk mahal di Jogja, yaitu Rp. 40.000,-/porsi. Namun bagi saya pecinta kuliner, sate ini sesuai dengan cita rasa yang diberikan.
Komentar
Posting Komentar