Desa Kedang Ipil.. Explore desa #Part 3

Setelah sibuk berwisata di cerita sebelumnya.. kita menikmati tidur malam yang indah

esoknya....

Saya bangun sekitar pukul 5.30 pagi, suasana pagi di home stay masih sangat sunyi. Hanya suara gerimis hujan yang terdengar, Hujan yang terus turun dari subuh itu membuat suasana  desa menjadi adem ayem. Masih banyak penghuni yang masih terlelap atau santai sejenak. Di balkon saya melihat Tohang anggota BAS (Bubuhan Adventure Samarinda) duduk sendiri mengistirahatkan diri. Dari atas balkon saya melihat WC umum yang pintunya  terbuka,  menandakan tidak ada orang yang lagi menggunakan. Segera saja saya menuju ke sana, untuk melakukan rutinitas pagi dimana biasanya mesti antri. Selesai Mandi, melewati hujan saya kembali ke home stay, dimana ibu pemilik rumah telah menyediakan beraneka buah, cemilan dan teh hangat... ah indahnya dunia ini.

Snack pagi dulu
Tidak lama setelah itu para pasukan di home stay telah bangun dengan wajah yang setengah sadar hehehehe. Tidak lama datang perwakilan desa, menginfokan sarapan di balai desa kembali. Karena saat itu penghuni masih setengah sadar, jadi kami yang sudah mandi, saya, mba rahma, mas ibnu dan teman saya herry pergi duluan ke balai desa. Di Balai desa sendiri masih sibuk dengan kegiatan yang sama dari kemaren. Entah berapa lama setiap orang dapat giliran, karena kegiatan ini tanpa henti.

Selesai makan, karena bingung ingin melakukan apa jadi saya minta tolong temanin ke Pohon yang penuh dengan sarang lebah. Sebetulnya pohon ini dapat kita lihat saat ke objek wisata air terjun, cuma karena saya fokus pada jalan jadi gak memperhatikan sekitar. Dengan berjalan kaki di cuaca yang sedikit gerimis kami menyelusuri desa. Di tengah perjalan kita melihat bambu yang dibakar, dengan pedenya kita meyakinin itu proses masak lemang namun ketika bertanya sama penduduk ternyata proses pembuatan gula aren hahahah.

Setelah itu kita menemui plank yang bertuliskan objek wisata telaga darah dan wisata gunung menang. Wah kebetulan tak terduga, dimana saat itu kita bertanya-tanya dimana objek wisata tersebut malah ketemu secara tidak sengaja. Jiwa penasaran kami memuncak dan berambisi menemukan tempat itu, karena waktu masih menunjukan pukul 9 kurang, dan waktu kumpul kembali jam 12 siang menunjukan kita masih memiliki waktu explore.

Plank penunjuk arah
Melewati jembatan kecil ke perkarangan rumah orang dan melewati perkarangan belakang rumah kita menemukan 2 jalan setapak. Tujuan kita adalah telaga darah, kebetulan saat itu kita bertanya ke warga yang berkata lokasi telaga darah terletak mendekati gunung. Yah jadi kita melalui jalan setapak ke arah gunung dan terus mendaki, namun belum sampai-sampai. Karena Mas ibnu merasa kita salah jalan, jadi kita stop dulu berdiskusi. Mba rahma dan herry mencoba melanjutkan untuk memastikan, sedangkan saya menunggu menemani mas ibnu di titik berhenti. Tidak lama datang warga yang ingin berladang, berkata kalo kita salah jalan, karena jalan ini menuju gunung menang. Hahaha karena kesalahan ini akhirnya kita teriak ke atas memanggil anggota lain, namun tampaknya tidak terdengar. Otomatis mas ibnu ngajak turun saja dan kembali ke titik awal.

jalur tracking gunung
Di saat saya dan mas Ibnu berdua menunggu di bawah, saya menyarankan ke pohon lebah itu saja. Disana kita ketemu humas desa. Dari pak humas kita mendapat penjelasan yang menarik soal objek-objek wisata di desa, dari legendanya hingga cerita perkembangan wisata desa. Objek wisata gunung menang dulu merupakan tempat pertempuran dan warga lokal berhasil menang, karena itu dinamakan gunung menang. Sedangkan telaga darah merupakan tempat pembantaian dimana telaga menjadi merah akibat darah-darah, namun sekarang telaga itu digunakan sebagai sumber air warga desa.  Sedangkan air terjun adalah tempat mandi para putri. Selanjutnya lagi, akan mau dibuat wisata arung jeram menggunakan pelampung dari air terjun putang menuju air terjun kendua raya. Namun sayang kegiatan itu belum bisa terlaksana, karena masih belum siap peralatan dan instrukturnya. Tidak  lama teman kami datang kembali dan bergabung untuk berdiskusi dengan bapak humas.

Pohon penuh sarang lebah hutan
Selesai bercakap-cakap, kita hendak kembali namun melihat warga yang menjual durian. Jadi kami singgah dulu dan kebetulan hujannya menjadi deras sehingga kita makan di lokasi. Dengan 50rb kami bisa menyantap 7 durian, luar biasa murah kan hehehe. Selesai makan dengan puas, kami kembali ke balai desa dan melihat warga yang telah mulai mengelolah beras ketan menjadi Beham, Beham sendiri beras ketan yang dicampur parutan nyiur dan gula aren. Beham yang sudah jadi kemudian di doakan oleh 5 orang tetua disana.

Proses beham
ritual doa (Bemamang)
Di sela sela itu, kembali lagi warga desa menampilkan 3 pertunjukan yang cukup menarik.



Selesai atraksi, kemudian warga disuguhkan makan siang beserta beham yang telah jadi. Beham ini menyerupai beras yang belum masak, jadi agak keras dimakan. Selesai makan saya mencoba eksplore desa sendirian dan menemukan sekolah serta gereja yang cukup bagus.
Gereja di tengah rindangnya desa
Dengan acara makan-makan ini maka berakhirlah acara adat ini, dan kami kembali istirahat sejenak sebelum packing dan kembali pulang. Sekitar jam 3 kami segera berangkat, namun sebelum itu kita pamit dulu sama pemilik rumah serta kepala desa. Dan setelah itu kami pulang....

Oh iya saat pulang, kami tersesat dan tembus ke desa lain. Desa ini tampak hijau dengan hamparan padi membentang, di ujung jalan saya membeli salah satu buah hutan khas kalimantan yang saya lupa namnya hahaha... oke makasih semua, next trip kita lanjut.



Komentar