Perjalanan ke Kota Raja "Tenggarong"

Kota Raja, nama yang disandang oleh kota wisata Tenggarong. Tenggarong sendiri adalah ibu kota dari kab. Kutai kartanegara yang dipimpin oleh seorang bupati. Kutai Kartanegara merupakan kawasan wisata kota yang menjadi salah satu andalan di kalimantan timur. Wisatanya sendiri beraneka ragam  seperti wisata alam, budaya, kota, kuliner, Pendidikan dan sejarah. Untuk menuju kesana dari samarinda cukup gampang,  kita dapat menyebrang menggunakan fery atau kapal penyebrangan milik warga. Sedangkan jika dari arah balikpapan anda bisa  melalui jalan darat Loa Janan.

Jalan Ke Tenggarong
Suasana Penyeberangan
Menjadi hal yang biasa menuju Tenggarong bagi orang samarinda. Karena jaraknya yang cukup dekat, maka tak heran juga banyak warga tenggarong  sering shoping di Samarinda. Kemudahan ini juga membuat kita tidak membutuhkan persiapan khusus ala traveling. Saya sendiri hanya mengenakan baju dan celena pendek plus sendal jepit dengan mengendarai sepeda motor untuk menuju tenggarong. Untuk kesana saya  melalui jl. Suryanata hingga perbatasan samarinda tenggarong. Setelah perbatasan wilayah, jalan beton(cor-an) sekitar 12 km yang tertata akan kita lalui. Selama perjalanan itu cukup dibawa enjoy, karena jalan yang cukup bagus  dan pemandangan alam menemani kita.

Karena saya berangkat saat malam hari, feri penyeberangan milik pemerintah tidak beroprasi lagi. Jadi saya mesti menggunakan penyeberangan warga dengan membayar Rp. 5.000,- (kalo feri gratis). Selama penyeberangan kita dapat melihat indahnya landscape kota tenggarong dimalam hari.Cahaya lampu kota menjadi keindahan sendiri, apalagi ketika kita melihatnya di tengah sungai menjadikan suasana terkesan esklusif. Kurang dari 10 menit saya tiba di seberang, yaitu Tenggarong kota pusat administrasi warga Tenggarong. Setelah turun dari kapal itu, saya segera menuju ke rumah teman saya, tempat dimana saya menginap.

Setelah bertemu teman saya dan meletakan barang bawaan saya, kami pergi kerumah teman kami lainnya yang sudah siap menyuguhkan beraneka makanan. Kami bersanda gurau hingga tengah malam menghampiri kami, tidak lupa juga kami menyusun rencana buat tujuan esok hari.
Makanan yang disajikan
Esoknya....


Rencana Awal kami adalah planetarium, yaitu tempat belajar soal astronomi. Planetarium ini merupakan satu-satunya di wilayah kalimantan timur, so tempat ini menjadi salah satu tujuan warga ketika ke kota Tenggarong. Disini kita bisa menikmati berbagai macam pengetahuan tata surya dan juga miniatur yang mengisi tata surya. Selain itu terdapat fasilitas pendukung  seperti perpustakaan mini, ruang pameran dan fasilitas edukasi lainnya. Sayangnnya, rencana kita yang awalnya ingin menyaksikan proses terbentuknya tata surya ini batal. Hal ini dikarenakan peralatan yang dibutuhkan belum terpasang hingga pertengahan maret ini. Cukup mengecewakan.


Depan Planetarium
Ruang Pameran
Selanjutnya saya hendak ke pulau kumala. Saya ke sini terakhir waktu Kuliah semester awal, dan sejak itu tidak pernah kesana lagi. Niat hati ingin melihat perubahan yang terjadi, namun lagi-lagi batal akibat sepinya pengunjung dan berakibat tidak ada penjaga di lokasi penyebarangan pulau. (niat gak yah)

karena merasa kecewa untuk kedua kalinya, membuat kami ke warung makan buat sekedar mengistirahatkan diri. Rencana selanjutnya saya berencana ke Museum Kayu Tenggarong yang melegenda. Museum inijadi legenda karena cukup lama berdiri dan terakhir kali saya kesini waktu SD , itu lebih dari 10 tahun lebih.

10 menit kemudian...

Museum kayu sangat berdekatan dengan lokasi waduk panji sukarame, jadi jika kau menuju museum pasti bakal melewati waduk panji. Di Lokasi museum saya cukup takjub melihat perubahan bangunan yang lebih baik dan area parkir yang luas. Setelah memarkirkan motor, saya membayar tiket parkir Rp.2.000,- dan tiket masuk museum Rp. 3.000,-. Saat masuk ke dalam museum terdengar sebuah alunan musik tradisional, sehingga menikmati musem jauh lebih menyenangkan. Di dalam museum terdapat banyak jenis-jenis kayu, kerajinan kayu dan juga terdapat buaya yang diawetkan. Namun sungguh sayang koleksi museum disini masih yang lama dan juga kurang terawat. Selain itu pengunjungnnya juga cukup sepi, ironis memang karena hal ini menjadi sebuah masalah klasik museum di Indonesia. Disisi kiri bangunan terdapat toilet dan kanan bangunan terdapat penjual yang menjajakan cindera mata. Penjual cindera mata tersebuat adalah seorang nenek yang merupakan keturunan dayak asli. Beliau bercerita soal sepinya museum dan saat ramainya museum ketika Erau dimana turis asing berdatangan. Disana saya membeli topi yang terbuat dari serat kayu seharga Rp. 30.000,- . Kemudian setelah puas di museum kami melanjutkan perjalanan berikutnya menuju waduk panji sukarame.
tampak depan museum






Berbagai macam koleksi musum kayu
Tidak jauh dari museum, terdapat waduk Panji sukarame yang berbanding terbalik dengan kondisi museum yang sepi. Di waduk ini menjadi sarana hibuaran buat warga tenggarong sendiri, karena memiliki berbagai fasilitas yang menarik dan biaya masuk cukup murah juga. Di waduk terdapat arena playground buat anak-anak dan gazebo-gazebo yang menyebar di sekitar pedestrian. Ada kapal bebek yang bisa kita sewa dan dapat kita gunakan untuk mengelilingi danau buatan. Selain itu terdapat fasilitas caffe buat kita yang ingin istirahat dan ada juga flying fox buat yang mencari hiburan andrenalin. Karena saya sudah sering kesini, saya mencoba mengeliling "hutan" dalam waduk melalui pedestrian yang agak tidak terawat. Mungkin pedestrian itu jarang dilalui sehingga dibiarkan seadanya. Melewati pesdestrian itu kita dapat melihat rumah-rumah penduduk,pertanian warga, burung-burung dan juga kuburan (entah kuburan siapa). Pedestrian ini juga membuat kita sedikit berolahraga, karena kita diminta naik turun untuk melaluinya. Sampai pertengahan jalan kita dapat mendengar suara kumpulan monyet yang mencoba mengancam, karena merasa kita mengganggu wilayahnya. Setelah sampai ujung akhirnya kita beristirahat sejenak di gazebo kecil. Perjalanan yang cukup menghibur kali ini saya dapat. Waduk panji sangan potensial namun banyak digunakan anak muda buat pacaran dan mojok. Selain itu kita juga menemukan sisa-sisa perlengkapan buat ngelem. Sungguh sayang fasilitas hiburan keluarga ini kurang pengawasan oleh kegiatan negatif.
Peta kawasan
Sepeda air
Play Ground
Pedestrian "hutan"
Menara pantau
Pedestrian umum
Jembatan penghubung diatas danau

Rumah anggrek

Kapal yang diapajang
Panggung diatas Danau
Caffe
yup kali ini perjalan saya di kota tenggarong cukup sampai disini :)




Komentar